Rabu, 01 April 2015

Teknologi Komunikasi; Dua Perspektif Yang Berbeda Mengenai Akses Terhadap Internet

Di dalam buku karangan Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone yang berjudul Handbook of NewMedia : Social Shaping and Social Consequences of ITCs terdapat chapter yang menjelaskan tentang Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction. Dijelaskan berbagai macam pandangan dari segi perspektif optimis maupun pesimis, dari segi akses penggunaan internet, bidang politik, dan juga interaksi orang-orang yang berada di dalamnya. Penggunaan akses initernet pada era seperti sekarang ini bukanlah menjadi hal yang asing lagi, semua orang dapat menggunakannya secara bebas terutaman di Negara-negara yang sudah maju. Terdapat dua perspektif yang berbeda yaitu perspektif optimis dan perspektif pesimis yang menjelaskan mengenai hal-hal yang terkait dengan akses terhadap internet/ computer. Perbedaan antara perspektif optimis dan pesimis yaitu pada perspektif pesimis membahas adanya kekhawatiran tentang akses internet atau media online yang tidak sama, yang berimplikasi pada ketergantungan atau manfaat yang juga tidak sama efeknya pada setiap orang. Menurut penjelasan pada chapter ini beberapa jumlah penelitian yang menunjukan bahwa akses yang dilakukan secara tradisional lebih memberikan dampak negative seperti misalnya yang berpendidikan rendah, wanita, orang tua, dan orang-orang yang berpendapatan rendah sangat rendah dalam hal penggunaan yang berbau online, dikarenankan kurangnya pengalaman dalam penggunaan jasa online.

Penggunaan internet dalam perspektif optimis yaitu internet dianggap telah memberikan kemudahan akan berbagai informasi bagi semua kalangan masyarakat atau dengan kata lain bahwa apapun sifat, manfaat dan bentuk teknologi itu pasti membawa suatu hal yang positif dan negatif dalam kehidupan manusia sehingga individu itu sendiri harus mampu untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan unsur – unsur apa saja yang dibawa dari kehadiran internet agar nantinya internet tersebut dapat memberikan lebih banyak manfaat positif daripada negatifnya. Internet sekarang ini sudah sangat mudah digunakan, yang mana dengan mudah kita dapat mencari informasi di dalamnya. Peningkatan internet dari masa-kemasa juga semakin baik, sehingga internet sekarang ini lebih cepat diakses pada handphone dibandingkan ketika kita masih menggunakan handphone pada era internet GPRS. Bukti dari adanya perspektif optimis pada penggunaan akses internet adalah bahwa penyandang disabilitas yang dapat mengakses kemudahan internet ini. Salah satu contoh dari adanya hal ini adalah adanya kehadiran sosok Habibi Afsyah,salah satu penyandang disabilitas yang telah sukses dengan bisnis online-nya.
Awalnya, Habibi Afsyah hanya di ajak kursus untuk mempelajari internet marketing, yang mana berhasil membantunya menjual barang pertamanya melalui Amazon.com dengan produknya PS3. Uang hasil penghasilan dari Amazon dipakai Habibie Afsyah untuk mengikuti kursus-kursus internet marketing lain, seperti Eprofitmatrix, Dokterpim, dan Indonesia Bootcamp. Dari kursus dan praktek internet marketing, Habibie  sudah bisa menerbitkan Ebook Panduan Sukses dari Amazon dan membuat situs Listing Rumah  (rumah101.com).

Dapat kita lihat dari adanya kemudahan dalam menggunakan dan mengakses internet untuk menelusuri jajaran masyarakat di seluruh dunia, bahkan penyandang disabilitas seperti Habibie Afsyah dapat menghasilkan penghasilan yang cukup besar dari adanya kehadiran intenet ini. Pada smartphone sendiri, sudah banyak macam aplikasi yang memberi kemudahan dalam menggunakan smartphone untuk mereka  - mereka yang memiliki kekurangan. Seperti misalnya Google Talk Back, yaitu berfungsi bagi mereka penyandang tuna netra. Banyak yang menyebutkan bahwa google talk back ini adalah asisten android yang mana membantu penggunanya terutama penyandang tunanetra dalam pengoperasiannya.

Sedangkan dalam perspektif pesimis mengenai penggunaan akses internet menjelaskan persoalan adanya new media bukan hanya melulu mengenai persoalan hardware atau software saja tetapi, mengenai bagaimana value dari masyarakat yang mana mereka belum mampu dan mau untuk menerima kehadiran teknologi internet ini.  Apabila melihat dari konteks perspektif pesimis ini, kehadiran internet belum sepenuhnya bisa dirasakan oleh seluruh pelosok tanah air, mengingat masih banyak wilayah di Indonesian yang belum tersentuh kehadiran internet ini. Seperti yang kiita ketahui, sekitar 88,1 juta penduduk di Indonesia sudah menggunakan dan mengakses internet. Tetapi, suku – suku pedalaman yang berada di kawasan pelosok tanah air masih banyak yang buta mengenai new media ini. Bahkan, banyak diantara suku – suku pedalaman itu yang belum atau sama sekali tidak tersentuh dengan adanya media seperti Televisi, Radio, dan mungkin listrik sekalipun. Sungguh ironis melihat bagaimana banyaknya pengguna internet di Indonesia ini, tetapi masih banyak wilayah yang ternyata belum mengenal adanya new media ini. Contohnya, seperti suku baduy pedalaman. Di daerah mereka, mungkin tradisi maupun budaya yang tertanam masih sangat kental, yang mana masyarakatnya memiliki kebiasaan yang berbeda dengan suku baduy perkotaan. Suku baduy perkotaan tentu jauh lebih modern, melihat dari sisi penduduk yang sudah mengenal new media, bahkan internet sekalipun.

Beberapa kendala yang mempengaruhi new media menurut Van Dijk dan Rojas,et al pada dasarnya ialah sama. Mereka menekankan bahwa karaketristik sosial budaya, umur, jenis kelamin dan etnis merupakan kendalanya. Dari segi jenis kelamin, pada umumnya pengguna internet paling banyak dikuasai oleh laki-laki dibandingkan kaum perempuan. Tetapi, jika dilihat pada kenyataanya, menurut saya wanita sekarang jauh lebih aktif menggunakan internet. Contohnya, banyaknya tempat belanja online tentu menjadi hal yang menarik perhatian wanita, yang mana wanita tidak perlu jalan keliling toko untuk mencari barang kebutuhannya yang terkadang memakan waktu lama, selain itu pada hal sosial media juga wanita cenderung lebih sering mencurahkan isi hatinya melalui jejaring sosial seperti Twitter, Facebook, dll. Tetapi, dalam chapter ini di jelaskan bahwa laki-laki yang cenderung lebih sering menggunakan internet disbanding wanita. Sedangkan dari segi umur, dalam hal ini kita bisa melihat pengguna dari sudut ‘para orang tua’ yang mana lebih sedikit menggunakan internet dibandingkan anak – anaknya yang mungkin usianya masih dibilang menginjak masa-masa remaja. Para orang tua menganggap bahwa new media sepeti internet ini bukanlah hal yang termasuk pada zamannya, sehingga mereka merasa terintimidasi dari adanya new media.

Dari seluruh penjelasan mengenai akses internet di dalam chapter 4 ini, bahwa kita bisa melihat perspektif pesimis dan juga optimis dengan kehadiran new media. Meskipun internet adalah new media yang memberi kemudahan untuk kita dalam mengakses informasi baru, tetapi sesungguhnya penyalahgunaan intenet ini sendiri dapat memberikan petakabagi penggunanya yang mana dari segi jaringan maupun keamanannya tidak seluruhnya baik untuk dikonsumsi. Selain itu, kehadiran new media ini seharusnya lebih di imbangi dengan meratanya pembagian jaringan di seluruh Indonesia, hingga ke pelosok tanah air. (90)

Daftar Pustaka:

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Take A Sip
Maira Gall